Do the best and let God takes the rest

Eating

Grandma's durian orchard

Farming

A mandailing farming in Panyabungan, North Sumatera

Defense

KOWAD (woman special forces) in acting

Travelling

At airport with tired face hoaaaahm

Moment

With Mom, brother, and youngest sister

Kamis, 27 Maret 2008

Pelajaran ke 8 : "Berbagai adab Berolah Raga dan Berjalan di Jalan"

Wahai anakku: sesungguhnya engkau di waktu-waktu kosongmu membutuhkan olah raga sehingga semangatmu untuk melangsungkan pelajaran pulih kembali, dan apabila engkau keluar untuk melakukan olah raga maka carilah tempat-tempat yang berudara segar, dan kamu harus tenang dan rileks. Janganlah kamu berjalan terburu-buru, jangan kamu bercanda dengan seorangpun ketika berada di jalan, dan janganlah kamu tertawa kecuali sekedar senyuman.

Wahai anakku: apabila kamu keluar untuk berolah raga atau untuk keperluan lainnya bersama saudara-saudaramu, maka hindarilah oleh kalian untuk mengganggu seseorangpun yang lewat di jalan. Dan jangan kalian berjalan berjejer-jejer di jalan umum, walaupun jalan tersebut luas adanya, maka berjalanlah kalian berpasang-pasangan, dan kalau tidak demikian maka berjalanlah satu per satu.

Wahai anakku: sesungguhnya jalan raya itu bukan milik siapa-siapa, dan bagi setiap pengguna jalan masing-masingnya memiliki hak untuk melewatinya. Maka janganlah kalian saling berdesak-desakan di jalan, karena yang demikian itu akan menjadikan para penuntut ilmu yang mulia ini menjadi hina, dan akan menghilangkan rasa penghormatan orang banyak terhadap mereka.

Wahai anakku: apabila kamu melihat kegaduhan pada jalan (yang kau lalui), atau engkau melihat sekelompok oran saling pukul-memukul satu sama lainnya, maka janganlah kamu ikut serta bersama mereka, atau jangan engkau dekati mereka, karena hal tersebut terkadang merupaka sebab kehinaan dirimu, atau adanya tuduhan (yang disandarkan padamu) terhadap sesuatu yang sebenarnya engkau tidak terkait dengannya.

Wahai anakku: apabila ada seseorang yang mengganggu dirimu di perjalananmu dari kalangan orang awam, maka janganlah kamu membalasnya dengan permusuhan yang semisal itu, namun hendaklah kamu memaafkan orang yang mendzalimi dirimu, karena Allah akan meninggikan kedudukanmu
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah" (As-Syuraa':40)

Wahai anakku: apabila kamu keluar masjid, atau dari asrama, untuk membeli sesuatu yang engkau butuhkan -berupa makanan, minuman, pakaian, ataupun yang lainnya- maka janganlah kamu terpancing untuk mendebat orang-orang awam, dan jangan kamu terpancing untuk mendengarkan ucapan-ucapan mereka yang kotor, dan berusahalah kamu menjauhi mereka. Jika kamu tawar-menawar dengan penjual dan kamu telah cocok dengan tawaran harga yang ada hendaklah kamu membelinya, dan kalau tidak cocok maka tinggalkanlah dengan tenang atau dengan mengucapkan salam. Hindarilah olehmu hanya sekedar menawar saja tanpa membeli karena hal tersebut akan memancing mereka untuk mengucapkan sesuatu yang kamu benci dari kalimat-kalimat celaan dan penghinaan.

Wahai anakku: apabila kamu berdialog dengan seseorang, maka janganlah kamu keraskan suaramu kecuali hanya sekedar apa yang dapat didengarkan olehnya. Berucaplah kamu dengan lemah lembut, dengan ucapan yang baik, dan waspadalah kamu dari berbincang-bincang dengan sesuatu kalimat yang dapat mengurangi kedudukanmu di hadapan lawan bicaramu, walaupun umur dan kedudukannya dia sama dengan dirimu. Dan apabila ada seseoran yang mengajak kamu berbincang-bincang maka dengarkanlah dia baik-baik dan janganlah kamu balas dengan kekerasan dan kekasaran.

Pelajaran 7 : Adab di Dalam Belajar, Mengulas Pelajaran, dan Berdiskusi

Adab di Dalam Belajar, Mengulas Pelajaran, dan Berdiskusi

Wahai anakku: jika engkau menginginkan kebaikan bagi dirimu, maka janganlah kamu menkaji pelajaranmu sendirian. Namun, hendaklah kamu mengambil salah seorang dari saudaramu yang bakal menemanimu dalam memahamiya, maka apabila engkau melewati suatu permasalahan dan kamu menyangka bahwa kamu telah memahaminya, maka jangan kamu merasa puas dengan prasangkamu tersebut sampai kamu bisa meniggalkann kitab dari dari tanganmu dan kamu dapat memastikannya kepada dirimu sendiri atau kepada orang yang belajar bersamamu, seolah-olah kamu sedang memberikan pelajaran kapada para pelajar.

Wahai anakku: beradablah kamu terhadap saudaramu yang telah engkau pilih sebagai teman belajarmu, dan apabila engkau telah paham lebih dulu daripada dia maka janganlah kamu sombong terhadapnya; dan apabila dia mendabat dirimu dalam memahami suatu permasalahan maka dengarkanlah terlebih dulu apa yang akan dia sampaikan; karena bisa jadi kebenaran itu ada padanya sedangkan kamu salah dalam pemahaman. Hati-hatilah kamu dari berdebat dengan kebatilah dan berusaha membela pendapatmu walaupun pendapatmu adalah salah, karena ilmu itu amanah. Dan barang siapa yang membela kebatilan maka sungguh dia telah menyia-nyiakan amanah Allah.

Wahai anakku: sering-seringlah kamu mengulas pelajaran yang telah kamu peroleh, karena virusnya ilmu adalah lupa.

Dan ketahuilah, bahwa dirimu pada akhir tahun nanti akan dites pada setiap mata kuliahmu, dan ketika ujian tiba, maka orang yang dihormati yaitu apabila dia dapat memberikan jawaban yang benar; dan orang yang tdak akan dihormati oleh saudara dan keluarganya yaitu apabila tidak dapat memberikan jawaban yang benar sehingga tampaklah bahwa dia terlalu meremehkan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Wahai anakku: hati-hatilah kamu dari ulasanmu yang hanya merupakan hafalan saja tanpa engka fahami maknanya. Akan tetapi jadikanlah semangat juangmu menghantarkan dirimu untuk bisa memahami makna-maknanya serta mengokohkannya di dalam benakmu, karena sesungguhnya ilmu itu apa yang kamu fahami bukan apa yang kamu hapalkan.

Wahai anakku: Berdiskusi di kalangan palajar dalam masalah ilmiah banyak sekali faedahnya, maka kuatkanlah pemahamanmu, lancarkanlah lisanmu, fokuskan dirimu untuk mengungkapkan sasaran yang dituju dengan sebaik-baiknya, dan timbulkan rasa berani di dalam berdiskusi. Akan tetapi -wahai anakku- ini semua tidak akan dapat memberikan manfaat bagi dirimu di hadapan Allah dan tidak pula di hadapan orang banyak kecuali jika kamu berakhlak cemerlanbg; jauh dari berkata-kata kotor, kamu ucapkan kebenaran walaupun kepada dirimu sendiri, dan jangan sampai celaan orang yang mencela menyebabkan dirimu tidak berkata benar.

Pelajaran 6 : Adab-Adab dalam Menuntul Ilmu yang Mulia

Adab-Adab dalam Menuntul Ilmu yang Mulia

Wahai anakku: tetaplah menuntut ilmu dengan kesungguhan dan penuh kerajinan. Jagalah waktumu, pergunakanlah untuk memecahkan masalah yang bermanfaat bagimu dan bukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

wahai anakku: pelajarilah terlebih dulu pelajaran-pelajaran yang ada pada kurikulummu dengan benar sebelum engkau mendengarkannya dari ustadz di majlis, apabila ada sesuatu perkara yang kamu anggap sukar pada suatu permasalahan yang ada, maka janganlah engkau enggan mengungkapkannya kepada salah seorang dari saudaramu, supaya bersama-sama memahaminya, dan janganlah engkau berpindah dari suatu permasalahan kepada permasalahan yang lainnya sebelum engkau benar-benar memahami permasalahan yang pertama dengan pemahaman yang baik.

Wahai anakku: apabila ustadz telah memulai membacakan pelajaran maka janganlah kamu menyibukkan diri dengan obrolan, jangan disibukkan dengan berdiskusi bersama saudaramu, dan curahkanlah perhatian kepada apa yang akan diterangkan oleh ustadz, serta janganlah kamu menyibukkan pikiranmu kepada sesuatu yang lain dari bisikan-bisikan jiwa di tengah-tengah pelajaran, dan apabila kamu mengalami kesukaran pada suatu permasalahan setelah diterangkan oleh ustadz maka mintalah penjelasan dari ustadz dengan sopan dan dengan pengulangan masalah dengan sempurna. Jauhkanlah olehmu untuk mengeraskan suaramu di hadapan ustadzmu, atau engkau mendebat beliau apabila beliau berpalig darimu dan tidak mau menoleh kepada ucapanmu.

Wahai anakku: apabila seorang murid terlepas dari adab sopan santun di hadapan ustadznya, maka jatuhlah harga diri dia di hadapan ustadznya dan dihadapan saudara-saudaranya dan dia berhak mendapatkan hukuman atas ketidaksopanannya itu.

Duhai anakku: apabila kamu tidak memuliakan ustadzmu di atas pemuliaanmu terhadap bapakmu, maka kamu tidak dapat mengambil faedah dari ilmu-ilmunya dan tidak pula dari pelajaran-pelajaran beliau sedikitpun.

Duhai anakku: perhiasan ilmu adalah tawadhu' (sikap rendah hati) dan sopan santun. Maka barang siapa yang bertawadhu' hanya karena Allah niscaya Allah akan mengangkatnya, dan makhluk-Nya akan mencintainya. Dan barang siapa yang sombong serta jelek adabnya, niscaya dia akan menjadi hina di hadapan manusia, dan Allah akan menjadikan manusia memurkai dia sehingga hampir-hampir tidak kamu dapati seseorang pun yang mau memuliakan dia atau memberikan kasih sayang kepadanya.

Wahai anakku: Tidak ada perkarapun yang lebih berbahaya atas penuntut ilmu dari kemarahan ustadz. Maka hati-hatilah kamu -wahai anakku- jangan sampai engkau membuat marah salah seorang dari pengajarmu atau engkau berperilaku jelek di hadapannya, karena sesungguhnya paling minimalnya akibat dari kemurkaan para ustadz adalah terputusnya pengajaran. Maka terimalah nasehatku untukmu -wahai anakku- dan carilah keridhaan para gurumu, dan mintalah doa kepada mereka akan kesuksesan bagi dirimu, niscaya Allah mengabulkan permohonan mereka bagimu. Apabila kamu dalam keadaan sendirian, maka perbanyaklah doa dan memohon dengan tulus kepada Allah Ta'ala supaya engkau diberi rizki oleh-Nya berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh. Sesunggunya Rabbmu adalah Maha Mendengar semua doa dan Maha Luas Kemuliaan dan Kedermawanan-Nya.

Pelajaran 5 : Hak Teman

Hak Teman

Wahai anakku: Nah, sekarang dirimu telah menjadi golongan dari para penuntut ilmu yang mulia, dan engkau memiliki beberapa teman di dalam aktifitas belajarmu, mereka adalah saudara-saudaramu dan keluargamu, maka janganlah kamu menyakiti salah seorangpun dari mereka atau engkau bertindak kasar dalam bermuamalah dengannya.

Wahai anakku: apabila kamu duduk untuk melakukan kegiatan belajar maka janganlah kamu mempersempit (tempat duduk) salah seorang dari saudaramu. Berilah kelapangan tempat baginya sehingga dia bisa duduk dengan tenang.

"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: 'Berlapang-lapanglah dalam majlis' maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu" (Al Mujadilah:11)

Wahai anakku: Apabila ada masalah yang dianggap rumit oleh salah seorang dari saudaramu di dalam pelajarannya, kemudiah dia meminta penjelasan dari ustadz (guru), maka dengarkanlah jawaban yang dismpaikan oleh ustadzmu kepadanya, mudah-mudahan pengulangan tersebut dapat memberikan faedah yang belum kamu ketahui, hati-hatilah kamu untuk berbicara dengan suatu kalimat yang dapat merendahkan dirinya atau engkau menampakkan raut muka yang menunjukkan kesan tidak suka yang bakal meremehkan daya fikirnya.

Wahai anakku: Telah ditanya Imam Abu Hanifah: Dengan apa engkau menyampaikan apa yang telah engkau tempuh dari ilmu? Beliau menjawab: "Aku tidak kikir untuk memberikan ilmu dan aku tidak menjadi sombong untuk mengambil ilmu".

Duhai anakku: janganlah engkau mempersempit jalan ilmu bagi saudaramu apabila mereka meminta kepada ustadz mereka pemecahan masalah yang belum mereka ketahui dengan pasti, dan ikutlah bergabung bersama mereka di dalam mendengarkan penjelasan ustadz, jika memang kamu menginginkan kebaikan bagi dirimu.

Wahai anakkU: sesungguhnya engkau memiliki saudara yang bergabung bersama dirimu, di pondokan dan asrama, maka jagalah waktu istirahat saudara-saudaramu di kediaman mereka, dan apabila datang waktu tidur, maka janganlah kamu ganggu mereka dengan mengkaji buku maupun dengan mengulas pelajaran. Dan mintalah waktu istirahat kepada mereka apa yang kamu tuntut bagi dirimu. Dan apabila telah terbit fajar dan engkau bangun untuk menunaikan kewajiban shalat, maka bangunkanlah saudara-saudaramu dengan lembut dan kasih sayang, dan jagalah oleh kalian shalat berjamaah, karena shalat berjamaah adalah lebih utama dari shalat sendirian.

Wahai anakku: Apabila salah seorang dari saudaramu meminta bantuan atas suatu pekerjaan yang tidak dapat dia selesaikan sendirian, maka janganlah kamu kikir untuk membantunya, dan hindarilah olehmu untuk menampakkan kepada beliau bahwa dirimu memiliki budi jasa dengan bantuan tersebut.

Wahai anakku: Telah bersabda Rosulullah saw:
"Seorang mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti sebuah bangunan yang satu sama lainnya saling mengokohkan" (Muttafaqun 'Alaih)

Pelajaran 4 : Hak-Hak Orang Tua

Wahai anakkU: bagaimanapun penderitaan yang kamu rasakan ketika kamu membantu bapak dan ibumu, maka sesungguhnya hak-hak keduanya atas dirimu adalah lebih besar lagi berlipat ganda banyaknya.

"Maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkatan yang mulia - dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebgaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil' "(QS Al-Isra:23-24).

Wahai anakku: lihatlah pada anak kecil, dan perhatikan bagaimana kasih sayang kedua orang tuanya kepada mereka, makannya, minumnya, serta penjagaannya pada waktu malam dan siang, pada waktu sehat dan sakitnya, niscaya engkau akan mengetahui kadar penderitaan kedua orang tuamu pada waktu mereka membimbing dirimu hingga beranjak dewasa.

Wahai anakku: sesungguhnya engkau pada masa ini -mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepadaku sehingga dapat membantu membimbing dirimu- masih dapat merasakan (kenikmatan) melalui kenikmatan bapakmu yang beliau nafkahkan kepadamu dengan apa yang telah beliau usahakan, dan janganlah engkau bakhil (kikir) ketika orang tuamu tidak lagi memiliki kemampuan; kalaulah bukan karena kedua orang tuamu (dengan izin Allah tentunya) niscaya kamu tidak dapat bermajlis di tengah-tengah para penuntul ilmu yang mulia.

Wahai anakku: setiap insan menginginkan dirinya memiliki derajad yang mulia, memiliki kedudukan yang agung, dicintai oleh Allah dan manusia, dan berangan-angan dirinya memiliki kedudukan yang tinggi di atas yang lainnya. Akan tetapi, orang tua menginginkan supaya anaknya memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari dirinya, dan lebih mulia anaknya dari dirinya. Maka dengan apakah kamu harus bersikap terhadap orang yang lebih mengutamakan kamu dari pada dirinya, dan dia (ternyata) berangan-angan lebih dari apa yang engkau angan-angankan?

Wahai anakku: waspadalah engkau dengan kewaspadaan yang penuh terhadap kemarahan dirimu kepada bapakkmu, atau engkau marah kepada ibumu, (karena) sesungguhnya kemarahan Allah bisa disebabkan karena kemarahan kedua orang tuamu; dan barang siapa yang dimurkai oleh Allah maka sesungguhnya dia telah merugi di dunia dan akhirat.

Wahai anakku: taatilah bapak dan ibumu; dan janganlah kamu menentang keduanya sedikitpun kecuali apabila keduanya memerintahkan dirimu berbuat maksiat kepada Tuhanmu.

Wahai anakku: sesungguhnya orang yang paling mencintai dirimu adalah bapakmu yang telah mendidik kamu di masa kecil, dan yang telah menempuh jalan yang benar di dalam membimbingmu, sampai dirimu menjadi seorang pelajar. Maka songsonglah nasehat-nasehat beliau karena beliau lebih tahu (yakni berdasarkan pengalamannya) dari pada dirimu terhadap apa-apa yang bakal menimpa dirimu dan terhadap apa-apa yang dapat memberikan manfaat maupun mudharat bagi dirimu, dan hanya Allahlah yang menunjuki kamu, membimbing kamu, dan memberikan kebaikan kepada dirimu.

Pelajaran 3 : Hak-hak Allah Yang Maha Agung dan Hak Rosul-Nya

Hak-hak Allah Yang Maha Agung dan Hak Rosul-Nya

Wahai anakku: sesungguhnya Allah Ta'ala adalah yang telah menciptakanmu, yang telah mengadakanmu, dan yang telah menyempurnakan nikmat-Nya bagi dirimu baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Tidakkah engkau tahu bahwa pada awal penciptaan dirimu engkau dulunya berupa air mani yang bersemi di dalam perut ibumu, dan engkau masih terus diberi nikmat dan rahmat dari Rabmu sampai (ibumu) melahirkan kamu sebagai manusia yang sempurna, dan Allah berikan kamu sebuah lisan yang dapat digunakan untuk bercakap-cakap, serta sepasang bola mata yang dapat kamu gunakan untuk melihat, juga (Allah) berikan sepasang telinga untuk mendengar, dan akal untuk mengetahui apa-apa yang dapat membahayakanmu serta apa-apa yang dapat memberikan manfaat:

"Dan Allah mengeleluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur"(QS An-Nahl:78)

bukankah yang telah memberikan kenkmatan-kenikmatan iti padamu adalah lebih berhak untuk mensirnakan kenikmatan-kenikmatan tersebut apabila kamu marah pada-Nya sehingga membuat Dia murka kepada dirimu?

Wahai anakku: kewajiban pertama atas dirimu terhadap penciptamu yang mulia keadaannya adalah penenalanmu terhadap sifat-sifat-Nya yang sempurna, kamu harus memiliki semangat yang kuat untuk mentaati-Nya, dengan menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dan agar kamu yakin dengan mantap bahwa kebaikan itu ada pada yang Allah pilihkan bagi dirimu, bukan pada apa yang kamu pilih untuk dirimu sendiri, maka jangan kamu biarkan hawa nafsu serta perbuatan sia-sia menghalangi dirimu untuk mentaati penolongmu dan untuk beribadah kepada-Nya, dan tidak ada ketaatan bagi seseorangpun dari makhluk (di dalam bermaksiat kepada Allah) baik itu seorang pemuka maupun oran yang hina.

Wahai anakku: termasuk dari kelembutan Allah terhadap hamba-Nya yaitu diutusnya para Rosul 'alaihimus shalatu was salam, untuk membimbing umat, dan untuk menunjuki mereka menuju perbaikan keadaan mereka baik di dalam urusan agama mereka maupun urusan dunia mereka.

Dan rosul yang terakhir yaitu pemimpin kita "Muhammad bin Abdillah bin Abdil Mutthalib" seorang keturunan Arab dari bani Hasyim saw. Maka sebagaimana wajib atas dirimu supaya mentaati Allah yang telah menciptakan kamu, maka diwajibkan pula atas dirimu untuk mentaati Rasul-Nya yang mulia:

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul-Nya dan Ulil Amri di antara kalian"(QS An Nisa:59)

Wahai anakku: Sesungguhnya Rosulullah saw, tidak pernah berucap karena hawa nafsunya, maka setiap perintah-perintahnya dan setiap larangan-larangannya merupakan wahyu Allah, sehingga ketaatan kepadanya merupakan ketaatan kepada Allah:

Wahai anakku: Tidaklah sempurna keimanan seseorang hamba sampai Allah dan Rosul-Na lebih dicintai daripada selain keduanya, Rosulullah saw bersabda:
"Tidaklah beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintai olehnya daripada orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya" (Muttafaqun 'Alaih)

Pelajaran 2 : Wasiat Supaya Bertaqwa kepada Allah Yang Maha Agung

Wasiat Supaya Bertaqwa kepada Allah Yang Maha Agung

Wahai anakku: Sesungguhnya Rabmu mengetahui apa yang engkau betikkan di dalam hatimu, dan Dia mengetahui apa yang engkau ucapkan dengan lisanmu, dan Dia melihat terhadap segala amalanmu. Maka bertaqwalah kamu kepada Allah -Wahai anakku- dan berhati-hatilah kamu tehadap pangawasan-Nya pada saat kamu dalam keadaan yang tidak diridhai oleh-Nya.

Hati-hatilah kamu dari kemurkaan Rabmu yang mana Dialah yang telah menciptakan kamu dan memberikan rizki kepadamu serta yang telah mengaruniai kamu akal yang dapat kamu gunakan di dalam kehidupanmu. Bagaimana perasaanmu ketika bapakmu melihat dirimu dalam keadaan melanggar perintahnya? Apakah kamu tidak kawatir nantinya bapakmu akan menghukummu? Maka jadikanlah perasaanmu sama seperti itu kepada Allah, karena Dia dapat melihat dirimu di setiap kesempatan yang kamu tidak dapat melihat Dia. Maka janganlah engkau anggap enteng pada perkara apapun juga yang kamu telah dilarang darinya.

Wahai anakku: Sesungguhnya Rabbmu sangat dasyat murka-Nya dan siksaannya teramat pedih. Maka hati-hatilah kamu -Wahai anakku- dan takutlah kamu terhadap kemurkaan-Nya.

Wahai anakku: Sesungguhnya di dalam ketaatan kepada Allah ada kelezatan dan kebahagiaan yang tidak akan dapat dirasakan kecuali dengan mencobanya.

Maka wahai anakku: pergunakanlah ketaatan kepada Allah sebagai bahan ujian pada setiap harinya supaya engkau dapat merasakan kelezatan, dan supaya engkau dapat merasakan kebahagiaan ini.

Duhai anakku: sesungguhnya engkau akan mendapati rasa berat hati di dalam ketaatan kepada Allah pada pertama kalinya, maka pikullah beban berat ini, dan bersabarlah padanya, sampai ketaatan tersebut engkau rasakan menjadi rutinitas yang dapat dijinakkan.

Duhai anakku: lihatlah pada dirimu ketika kamu dulu berada di bangku (sekolah); kamu belajar membaca dan menulis, dan kamu diperintahkan supaya menghapal Al-Quran dengan mendiktekannya, bukankan kamu dulu di sana benci terhadap bangku (sekolah) serta gurunya, dan kamu berangan-angan supaya cepat berakhir? Nah pada hari ini kamu telah mencapai kedudukan yang mana kamu dapat mengetahui faedah kesabaran dalam belajar di bangku (sekolah), dan engkau tahu bahwa pengajarmu dulu berusaha untuk kebaikanmu.

Maka wahai anakku: dengarkanlan nasehatku, dan bersabarlah di atas ketaatan kepada Allah sebagaimana engkau bersabar dalam belajar di bangku (sekolah), niscaya nanti engkau akan mengetahui faedah dari nasehat ini, serta akan tampak jelas bagimu apabila hidayah telah membantu untuk beramal dengan nasehatku.

Wahai anakku: Janganlah kamu sekali-kali beranggapan bahwa bertaqwa kepada Allah adalah shalat, puasa, dan semisalnya dari berbagai ibadah (yang dhahir) saja. Bahwa sesungguhnya bertaqwa kepada Allah mencakup segala sesuatu, maka bertaqwalah kamu kepada Allah pada (hak-hak) saudara-saudaramu, jangan kamu sakiti salah seorang dari mereka, dan bertaqwalah kamu kepada Allah pada (hak-hak) negerimu: Jangnlah kamu khianati dia dan jangan kamu biarkan musuh menguasainya, serta bertaqwalah kamu pada (hak-hak) dirimu, janganlah kamu sia-siakan waktu sehatmu dan waktu luangmu dan janganlah berperilaku kecuali perilaku yang mulia.

Wahai ankakku: Rosulullah saw telah bersabda: "Bertaqwalah kamu dimanapun kamu berada, dan iringilah kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya (kebaikan tersebut) akan menghapusnya, dan peragaulilah orang-orang dengan akhlak yang baik" (HR. Ahmad, Tirmidzi dengan sanad Hasan)

Dikutip dari buku: "Duhai Anakku Dengarlah Wasiatuku", karya Syaikh Muhammad Ibnu Syakir

Pelajaran 1 : Nasehat Sang Guru Terhadap Muridnya

Nasehat Sang Guru Terhadap Muridnya

Wahai anakku: semoga Allah membimbingmu, dan semoga Allah memberikan hidayah kepadamu untuk beramal shaleh, sesungguhnya engkau terhadap diriku kedudukannya seperti anak terhadap bapaknya.

Aku senang melihat dirimu dalam keadaan badanmu sehat, cemerlang pemahamanmu, hatimu bersih, terdidik akhlaknya, (senantiasa) menjaga adab (sopan-santun), menjauhkan diri dari berkata kotor, lembut dalam bergaul, disenangi oleh kawan-kawanmu, menolong orang-orang yang butuh bantuan, dan mengasihi orang-orang yang lemah, memperbaiki keadaan-keadaan yang rusak, serta memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain, dan janganlah engkau menyepelekan shalatmu, serta jangan engkau meremehkan perkara ibadah kepada Rabbmu.

Wahai anakku: kalau memang engkau mau menerima nasehat seseorang, maka akulah yang lebih berhak engkau terima nasehatnya.

Karena aku adalah gurumu, pengajarmu, pembimbing spiritmu, niscaya engkau tidak akan mendapati seseorangpun yang lebih bersemangat untuk menjadikan dirimu bermanfaat lagi baik dari pada diriku.

Wahai anakku: sesungguhnya aku ini adalah penasehat yang terpercaya, maka terimalah nasehat-nasehat yang akan aku sampaikan kepadamu, dan amalkan nasehat tersebut baik di saat aku ada di hadapanmu, dan disaat engkau dalam keadaan sendirian.

Duhai anakku: Apabila engkau tidak menjalankan nasehatku di saat kesendirianmu, maka niscaya sedikit sekali nasehat yang akan engkau indahkan ketika berada di tengah-tengah temanmu.

Duhai anakku: Sesungguhnya seorang guru tidak menginginkan (sesuatu) dari para muridnya kecuali kebaikan dari hasil pendidikannya, maka apakah engkau senang kalau gurumu dan pembimbingmu tidak ridha kepadamu?

Wahai anakku: Sesungguhnya aku menyukai kebaikan itu ada padamu, maka bantulah aku untuk menyalurkan kebaikan tersebut kepada dirimu yaitu dengan ketaatan dan menjalankan apa yang aku perintahkan kepadamu dari akhlak-akhlak yang mulia

Wahai anakku: Akhlak yang baik merupakan perhiasan manusia pada dirinya dan ketika di tengah-tengah teman-temannya seta ketika di tengah-tengah keluarganya, maka berakhlaklah yang baik, niscaya orang-orang akan memuliakan dan menyukaimu.

Wahai anakku: apabila engkau tidak menghiasi ilmumu dengan akhlakmu yang baik, maka ilmumu itu menjadi lebih berbahaya bagi dirimu daripada kebodohanmu, karena seseorang yang bodoh terampuni dengan kebodohannya, dan tidak ada alasan bagi orang yang berilmu di kalangan orang yang banyak apabila tidak berhias dengan akhlak yang baik.

Duhai anakku: janganlah engkau bersandar kepada pengawasanku kepadamu, karena sesungguhnya pengawasanmu terhadap dirimu sendiri adalah lebih utama dan lebih bermanfaat dari pengawasanku kepada dirimu.

Dikutip dari buku: "Duhai Anakku Dengarlah Wasiatuku", karya Syaikh Muhammad Ibnu Syakir

Hore

Hore... akhirnya fontku udah benar lagi...

Sabtu, 29 September 2007

Cara menon aktifkan HP yang hilang

syarat : serial no HP masing-masing

caranya :
Setiap HP memiliki 15 digit serial number yang unique (IMEI) yang tidak mungkin sama dengan HP lainya. Untuk mencatat nomor ini :
- Tekan *#06# lalu tekan Ok
- Pada layar akan muncul 15 digit nomor serial HP anda. (Catat dan Simpan di tempat yang aman)

Apabila HP anda dicuri (semoga tidak terjadi), hubungi operator kartu SIM anda dan beritahukan kode ini. Mereka akan dapat melakukan blocking sehingga HP tersebut tidak dapat digunakan sama sekali walaupun ditukar kartunya karena yang di block adalah HP nya dan bukan nomor panggilan HP.
Cara ini dapat berhasil dengan asumsi pencuri tidak mengetahui cara memperoleh serial no HP anda.

Kemungkinan besar memang HP anda tidak akan kembali lagi.... Namun paling tidak orang jahat juga sama sekali tidak bisa menggunakannya (biar nggak keenakan). Sehingga kalau semua (atau sebagian besar) HP - HP yang dicuri tidak bisa berfungsi, maka dipasar gelap harganya akan jatuh,dan diharapkan trend pencurian HP sudah nggak mode lagi...^^ (kayaknya nggak mungkin ya...)

Metode ini berjalan kalo sang Operator memiliki perangkat perangkat EIR, yang dimana kalo perangkat EIR ini diterapkan akan adanya kemungkinan hape hape BM yang beredar di pasaran juga tidak dapat digunakan. Dikarenakan pada saat HP melakukan signaling HP tersebut juga mengirimkan IMEI sebagai salah satu metode untuk enkripsi dalam pembuatan TMSI.
> Nah memang di beberapa negara, metode ini dijalankan, tapi sayangnya di Indonesia metode ini tidak dijalankan, saya ndak tau kenapa. mungkin karena banyaknya HP HP BM tadi.
> kenapa HP BM tidak bisa beroperasi kalau menggunakan model ini???
> itu HP BM serial numbernya tidak terdaftar secara resmi di provider handphone (nokia,Sony erricson etc), buktinya aja, coba bawa HP BM anda ke nokia Center, pasti servicenya ditolak sama tuh center, kecuali kalo tuh center nyari duit yaah :).
>
> Oiya Telkomsel memiliki suatu mekanisme dimana kita bisa menyimpan data data pribadi yang ada di handset kita di suatu server Telkomsel, caranya dengan berlangganan Rp 5.000 setiap bulan, untuk biaya sewa servernya, dan kemudian untuk melakukan syncronisasi( update/add/ delete contact) bisa menggunakan syncML yang ada di hape hape. Untuk lebih jelasnya bisa tanya call center nya aja, lewat 111 atau 123.
>
> Oiya, untuk saat ini EIR bisa dilakukan untuk handset2 blackberry, untuk mencegah handset blackberry yang hilang mendapatkan email dari kita. hanya saja, blackberry tersebut memang masih bisa digunakan untuk call dan SMS.
>
> udah gitu aja update annya.
> mudah2an berguna buat temen temen... kalo ga berguna yah jangan di BAN yah. Toh cuman berusaha ngasih tau doang, kalo bener untung, kalo salah yah maap.... hihihi